Rabu, 28 Agustus 2019

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA "PERKAWINAN MONOHIBRID PADA DROSOPHILA "


Description: Description: D:\Δ Smad-Lock (Brankas Smadav) Δ\Nur Indriani\UNEJ\Logo Unej.png
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
 PERKAWINAN MONOHIBRID PADA DROSOPHILA



Oleh:
Hofidatul Maisaroh (170210103076)
Kelas/Kelompok: B/05



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

I.                   JUDUL
PERKAWINAN MONOHIBRID PADA DROSOPHILA
II.                TUJUAN
2.1  Mengetahui cara mengembangbiakkan Drosophila melangaster
2.2  Berlatih membuat persilangan monohibrid
2.3  Menghitung rasio fenotipe keturunan F1 dan F2
III.             TINJAUAN PUSTAKA
Persilangan monohibrid merupakan dasar untuk ilmu genetika Mendel. Informasi yang berhubungan dengan pemisahan genetik seperti muncul dalam kombinasi monohibrida. Persilangan semacam ini dapat terjadi pada semua kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual. Menurut Arumingtyas, persilangan monohibrid merupakan persilangan antara F1 dengan F1 ketika hanya satu karakter dan dua sifat dibawah pertimbangan (Firdauzi, 2014).
Adapun hasil persilangan dapat diuji dengan Uji square test, yang mana kita dapat menetukan uji tersebut teoritis atau tidak. Uji square test merupakan uji statistika yang disebut juga dengan uji kecocokan. Rasio teoritis seringkali tidak terpenuhi karena adanya penyimpangan. Penyimpangan ini dapat berupa modifikasi terhadap persilangan mendel serta penyimpangan yang tak dapat dijelaskan dengan teori (Arumingtyas, 2014).
Konsep bapak Mendel dijadikan acuan dalam pengamatan persilangan monohibrid ini. Alasannya karena mudah diperoleh, mudah dibiakkan, perawatannya tidak sulit, biaya pemeliharaannya murah,  siklus hidup pendek,  jumlah keturunan besar, jumlah romosom tidak banyak, mutan mudah diamati dan dapat dibedakan serta pada sel kelenjar ludah larvanya terdapat kromosom raksasa (Firdauzi, 2014).
Drosophila melanogaster umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam istilah atau dalam pustaka-pustaka biologi eksperimental dan merupakan yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi, dan sejarah kehidupan. Hewan ini dikenal sebagai hewan mungil yang mudah dipelihara, mudah digunakan, dan generasinya dapat berlangsung selama sebulan (Fried, 2006).
Kekurangan makanan pada lalat buah mengakibatkan kuantitas telur enjadi berkurang. Imago yang kekurangan nutrisi akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini hanya mampu membentuk pupa berukuran kecil dan sering gagal berkembang menjadi individu dewasa. Kualitas telur dapat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan (Oktary, 2015).
Adapun metode pemasangan perangkap lalat yaitu  dilakukan dengan menggunakan perangkap yang memanfaatkan botol air mineral bekas. Bagian dinding botol dilubangi dengan diameter 5 cm. Kemudian pada bagian dasar botol dilubangi dan digunakan untuk menggantungkan benang yang terikat dengan kapas yang berukuran 3 cm (Larasati, 2013).
IV.             METODE PRAKTIKUM
4.1  ALAT DAN BAHAN
1.      2 botol kultur
2.      Lalat tipe normal dan tipe curly (sayap walik)
3.      Medium yang berisi medium dan kertas pupasi
4.      Spons
5.      Alat bius lalat
6.      Selang besar dan kecil
7.      Kasa
8.      Kertas pupasi
9.      Pisang
10.  Tape
11.  Pernipan
12.  Gula merah
13.  Kuas kecil
14.  Sumbat busa
4.2  SKEMA KERJA
A.    Membuat medium
Text Box: Mencampur semua bahan yang telah disiapkan dengan  menambah air kemudian blender sampai benar-benar halus       


















Text Box: Memasak hingga mendidih dan sedikit kental






Text Box: Memasukkan medium dalam botol kultur, setelah medium dalam keadaan hangat  menaburi dengan 7 butir perpernipasnbutirpernipanbutir pernipan






Text Box: Menunggu hingga dingin dan memasukkan kertas pupasi masukkan kertas pupasi





Text Box: Menutup dengan sumbat spons
 













B.     Menginokulasi  
Text Box: Menyiapkan silang kecil yang ujungnya sudah ditutup dengan kasa       














Text Box: Memasukkan kedalam selang besar






Text Box: Menggabung selang tadi kemudian memasukkan dalam botol yang didalamnya sudah ada lalat buah




Text Box: Menutup ujung selang besar dan memindahkan lalat ke botol kultur
 













C.     Persilangan




















Text Box: Mengambil 2 botol kultur lalat bertipe normal dan curly






Text Box: Memasukkan 5 ekor lalat betina tipe normal dan 5 ekor lalat  jantan tipe Curly






Text Box: Menutup botol dengan spons






Text Box: Memberi keterangan tentang macam persilangan dan tanggal






Text Box: Menyimpan botol kultur pada tempat yang telah ditentukan









Text Box: Pada hari ke-10 membius lalat dan menghitung jumlah lalat jantan yang muncul, lalu membedakan jenis kelamin



Text Box: Membuat persilangan antara lalat F1


 



























 



















V.                HASIL PENGAMATAN
Jenis lalat
Pengamatan hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
Mutan W(white) jantan
*
-
-
-
-
-
-
Normal betina
*
-
-
-
-
-
-
Ket: (-) = lalat mati
       (*) = lupa tidak memfoto lalat



VI.             PEMBAHASAN
Persilangan monohibrid merupakan persilangan antara dua individu berbeda dalam satu karakteristik saja. Maksudnya perkawinan antara individu yang hanya dilihat dari salah satu karakteristiknya saja. Persilangan semacam ini dapat terjadi pada semua kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual.
Pada pengamatan ini bahan dan alat yang digunakan antara lain sumbat busa sebagai penutup medium, selang sebagai perantara memindahkan lalat dari botol ke botol lain, kertas pupasi berfungsi sebagai tempat lalat bertelur, botol selai sebagai tempat medium.
Medium terbuat dari campuran pisang, tape, pernipan dan gula merah yang dihaluskan kemudian dimasak. Pisang,tape dan gula merah dicampurkan karena lalat menyukai makanan yang manis. Sedangkan pernipan digunakn untuk menambah kandungan udara dalam medium.
Langkah-langkah dalam melakukan pengamatan ini yang pertama ialah membuat medium untuk tempat penyimpanan dan pemeliharaan lalat, menginokulasi untuk memindahkan lalat, mengisolasi virgin agar menghasilkan pupa perawan, yang terakhir melakukan persilangan. Secara skematis dapat kita lihat pada skema kerja pada bab 4.
Alasan menggunakan lalat buah ialah karena mudah diperoleh, mudah dibiakkan, perawatannya tidak sulit, biaya pemeliharaannya murah,  siklus hidup pendek,  jumlah keturunan besar, jumlah kromosom tidak banyak, mutan mudah diamati dan dapat dibedakan serta pada sel kelenjar ludah larvanya terdapat kromosom raksasa.
Syarat persilangan monohibrid antara varietas lalat adalah lalat harus perawan. Maka dari itu dilakukan isolasi pupa untuk menghasilkan lalat perawan. Hal ini disebabkan karena lalat betina dapat menyimpan sperma dalam spermatecha dalam waktu yang panjang.
Adapun perbedaan dari lalat normal dan lalat mutan. Jika dilihat dari susunan kromosom atau gennya tentu lalat mutan ini memiliki perbedaan dengan yang normal misal terjadi pengurangan atau  penambahan kromosom. Jika dilihat dari morfologinya, tentu sangat ada yang berbeda misal warna mata, warna tubuh, bentuk sayap dan bentuk mata. Dari keempat ciri tubuh tersebut kita dapat membedakan mana lalat mutan dan normal.
Lalat mutan yang  digunakan pada persilangan ini ialah lalat tipe white eye. Lalat ini memiliki kelainan pada bagian matanya yang berwarna putih. Bagian lain seperti warna tubuh, bentuk mata dan bentuk sayap sama dengan lalat normal. Keadaan ini terjadi karena tidak mengalami pigmentasi pada pteridin yang dropsopterin. Seharusnya warna mata merah akan tetapi berubah menjadi warna putih.lokasi mutasi terletak pada kromosom nomer 10 lokus 1,5.
Kemungkinan F1 yang terjadi ketika persilangan berhasil ialah semua lalat normal atau seragam. Jika dominansi nampak sepenuhnya, individu fenotipe F1 sama seperti induknya yang dominan. Pada waktu individu F1 yang heterozigotik itu membentuk gamet-gamet terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya memiliki satu alel saja.
Faktor yang menentukan jenis kelamin lalat buah ialah gen yang terpaut pada kromosom. Deretan gen pada kromosom akan mengikuti pembelahan meiosis pda saat pembentukan sel kelamin. Gen cenderung mengikuti kromosom. Dimana setiap gen ini mengalami pautan.
Uji X2 atau yang sering disebut uji kecocokan merupakan uji yang lazim untuk menentukan hasil sebuah persilangan memenuhi kebutuhan teoritis atau menyimpang. Uji ini berbentuk uji statistika. Adanya penyimpangan tadi dapat disebabkan oleh modifikasi terhadap Mendel ataupun penyimpangan yang tak dapat dianalisa secara teoritis.
VII.          PENUTUP
a.       Kesimpulan
Cara mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dapat dilakukan dengan cara mengawinkan lalat betina dan lalat jantan dalam satu medium. Yang harus diketahui terlebih dahulu ialah mengetahui jens kelamin lalat.
b.      Saran
-


DAFTAR PUSTAKA
Arumingtyas, L. 2016. Genetika mendel. Malang: UB Press.
Firdauzi, N. F. 2014. RASIO PERBANDINGAN F1 DAN F2 PADA PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA. Jurnal Biology Science & Education. Vol. 3 (2): 197-204.
Fried, G.H. & Hademenos, G.J.2006.BIOLOGI.Jakarta: Erlangga.
Larasati, A.; P. Hidayat; & D. Buchori. 2013. Keanekaragaman dan persebaran lalat buah Tribe Dacini di kabupaten Bogor dan sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol. 10(2): 51-59.
Oktary, A.D; M. Ridwan; Armi. 2015. EKSTRAK DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum) DAN LALAT BUAH (Drosophila melanogaster). Serambi akademika. Vol. 3(2): 335-342.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar