
LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
PERKAWINAN MONOHIBRID PADA DROSOPHILA
Oleh:
Hofidatul Maisaroh (170210103076)
Kelas/Kelompok: B/05
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
I.
JUDUL
PERKAWINAN
MONOHIBRID PADA DROSOPHILA
II.
TUJUAN
2.1 Mengetahui cara mengembangbiakkan Drosophila melangaster
2.2 Berlatih membuat persilangan monohibrid
2.3 Menghitung rasio fenotipe keturunan F1 dan F2
III.
TINJAUAN
PUSTAKA
Persilangan monohibrid merupakan dasar untuk ilmu
genetika Mendel. Informasi yang berhubungan dengan pemisahan genetik seperti
muncul dalam kombinasi monohibrida. Persilangan semacam ini dapat terjadi pada
semua kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual. Menurut
Arumingtyas, persilangan monohibrid merupakan persilangan antara F1 dengan F1
ketika hanya satu karakter dan dua sifat dibawah pertimbangan (Firdauzi, 2014).
Adapun hasil persilangan dapat diuji dengan Uji square
test, yang mana kita dapat menetukan uji tersebut teoritis atau tidak. Uji
square test merupakan uji statistika yang disebut juga dengan uji kecocokan.
Rasio teoritis seringkali tidak terpenuhi karena adanya penyimpangan.
Penyimpangan ini dapat berupa modifikasi terhadap persilangan mendel serta
penyimpangan yang tak dapat dijelaskan dengan teori (Arumingtyas, 2014).
Konsep bapak Mendel dijadikan acuan dalam pengamatan
persilangan monohibrid ini. Alasannya karena mudah diperoleh, mudah dibiakkan,
perawatannya tidak sulit, biaya pemeliharaannya murah, siklus hidup pendek, jumlah keturunan besar, jumlah romosom tidak
banyak, mutan mudah diamati dan dapat dibedakan serta pada sel kelenjar ludah
larvanya terdapat kromosom raksasa (Firdauzi, 2014).
Drosophila melanogaster umumnya dikenal sebagai lalat buah
dalam istilah atau dalam pustaka-pustaka biologi eksperimental dan merupakan
yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi, dan sejarah
kehidupan. Hewan ini dikenal sebagai hewan mungil yang mudah dipelihara, mudah
digunakan, dan generasinya dapat berlangsung selama sebulan (Fried, 2006).
Kekurangan makanan pada lalat buah mengakibatkan
kuantitas telur enjadi berkurang. Imago yang kekurangan nutrisi akan
menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini hanya mampu membentuk pupa
berukuran kecil dan sering gagal berkembang menjadi individu dewasa. Kualitas
telur dapat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan (Oktary, 2015).
Adapun metode pemasangan perangkap lalat yaitu dilakukan dengan menggunakan perangkap yang memanfaatkan
botol air mineral bekas. Bagian dinding botol dilubangi dengan diameter 5 cm.
Kemudian pada bagian dasar botol dilubangi dan digunakan untuk menggantungkan
benang yang terikat dengan kapas yang berukuran 3 cm (Larasati, 2013).
IV.
METODE PRAKTIKUM
4.1 ALAT DAN BAHAN
1. 2 botol kultur
2. Lalat tipe normal dan tipe curly (sayap walik)
3. Medium yang berisi medium dan kertas pupasi
4. Spons
5. Alat bius lalat
6. Selang besar dan kecil
7. Kasa
8. Kertas pupasi
9. Pisang
10. Tape
11. Pernipan
12. Gula merah
13. Kuas kecil
14. Sumbat busa
4.2 SKEMA KERJA
A. Membuat medium
![]() |
|||||||||||
B. Menginokulasi
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||
C.
Persilangan
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
V.
HASIL PENGAMATAN
|
Jenis lalat
|
Pengamatan hari
ke-
|
||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
|
Mutan W(white)
jantan
|
*
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Normal betina
|
*
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ket: (-) = lalat mati
(*) = lupa tidak memfoto lalat
VI.
PEMBAHASAN
Persilangan monohibrid merupakan persilangan antara dua
individu berbeda dalam satu karakteristik saja. Maksudnya perkawinan antara
individu yang hanya dilihat dari salah satu karakteristiknya saja. Persilangan
semacam ini dapat terjadi pada semua kelompok organisme utama yang bereproduksi
secara seksual.
Pada pengamatan ini bahan dan alat yang digunakan antara
lain sumbat busa sebagai penutup medium, selang sebagai perantara memindahkan
lalat dari botol ke botol lain, kertas pupasi berfungsi sebagai tempat lalat
bertelur, botol selai sebagai tempat medium.
Medium terbuat dari campuran pisang, tape, pernipan dan
gula merah yang dihaluskan kemudian dimasak. Pisang,tape dan gula merah
dicampurkan karena lalat menyukai makanan yang manis. Sedangkan pernipan
digunakn untuk menambah kandungan udara dalam medium.
Langkah-langkah dalam melakukan pengamatan ini yang
pertama ialah membuat medium untuk tempat penyimpanan dan pemeliharaan lalat,
menginokulasi untuk memindahkan lalat, mengisolasi virgin agar menghasilkan
pupa perawan, yang terakhir melakukan persilangan. Secara skematis dapat kita
lihat pada skema kerja pada bab 4.
Alasan menggunakan lalat buah ialah karena mudah
diperoleh, mudah dibiakkan, perawatannya tidak sulit, biaya pemeliharaannya
murah, siklus hidup pendek, jumlah keturunan besar, jumlah kromosom tidak
banyak, mutan mudah diamati dan dapat dibedakan serta pada sel kelenjar ludah
larvanya terdapat kromosom raksasa.
Syarat persilangan monohibrid antara varietas lalat
adalah lalat harus perawan. Maka dari itu dilakukan isolasi pupa untuk
menghasilkan lalat perawan. Hal ini disebabkan karena lalat betina dapat
menyimpan sperma dalam spermatecha dalam waktu yang panjang.
Adapun perbedaan dari lalat normal dan lalat mutan. Jika
dilihat dari susunan kromosom atau gennya tentu lalat mutan ini memiliki
perbedaan dengan yang normal misal terjadi pengurangan atau penambahan kromosom. Jika dilihat dari
morfologinya, tentu sangat ada yang berbeda misal warna mata, warna tubuh,
bentuk sayap dan bentuk mata. Dari keempat ciri tubuh tersebut kita dapat
membedakan mana lalat mutan dan normal.
Lalat mutan yang
digunakan pada persilangan ini ialah lalat tipe white eye. Lalat ini
memiliki kelainan pada bagian matanya yang berwarna putih. Bagian lain seperti
warna tubuh, bentuk mata dan bentuk sayap sama dengan lalat normal. Keadaan ini
terjadi karena tidak mengalami pigmentasi pada pteridin yang dropsopterin.
Seharusnya warna mata merah akan tetapi berubah menjadi warna putih.lokasi
mutasi terletak pada kromosom nomer 10 lokus 1,5.
Kemungkinan F1 yang terjadi ketika persilangan berhasil
ialah semua lalat normal atau seragam. Jika dominansi nampak sepenuhnya,
individu fenotipe F1 sama seperti induknya yang dominan. Pada waktu individu F1
yang heterozigotik itu membentuk gamet-gamet terjadilah pemisahan alel,
sehingga gamet hanya memiliki satu alel saja.
Faktor yang menentukan jenis kelamin lalat buah ialah gen
yang terpaut pada kromosom. Deretan gen pada kromosom akan mengikuti pembelahan
meiosis pda saat pembentukan sel kelamin. Gen cenderung mengikuti kromosom.
Dimana setiap gen ini mengalami pautan.
Uji X2 atau yang sering disebut uji kecocokan
merupakan uji yang lazim untuk menentukan hasil sebuah persilangan memenuhi
kebutuhan teoritis atau menyimpang. Uji ini berbentuk uji statistika. Adanya
penyimpangan tadi dapat disebabkan oleh modifikasi terhadap Mendel ataupun
penyimpangan yang tak dapat dianalisa secara teoritis.
VII.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Cara mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dapat
dilakukan dengan cara mengawinkan lalat betina dan lalat jantan dalam satu
medium. Yang harus diketahui terlebih dahulu ialah mengetahui jens kelamin
lalat.
b.
Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Arumingtyas, L. 2016. Genetika
mendel. Malang: UB Press.
Firdauzi, N. F. 2014. RASIO PERBANDINGAN F1 DAN F2 PADA
PERSILANGAN STARIN N x b, DAN STRAIN N x tx SERTA RESIPROKNYA. Jurnal Biology
Science & Education. Vol. 3 (2): 197-204.
Fried,
G.H. & Hademenos, G.J.2006.BIOLOGI.Jakarta: Erlangga.
Larasati, A.; P. Hidayat; & D. Buchori. 2013.
Keanekaragaman dan persebaran lalat buah Tribe
Dacini di kabupaten Bogor dan sekitarnya. Jurnal Entomologi Indonesia. Vol.
10(2): 51-59.
Oktary,
A.D; M. Ridwan; Armi.
2015. EKSTRAK DAUN KIRINYUH (Eupatorium odoratum) DAN
LALAT BUAH (Drosophila melanogaster).
Serambi akademika.
Vol. 3(2): 335-342.










Tidak ada komentar:
Posting Komentar